NUSANTARAONLINE.CO.ID-Jakarta, 03 Desember 2025 — Bencana banjir dan longsor yang menghantam Sumatera dalam beberapa hari terakhir kembali menelanjangi rapuhnya infrastruktur dasar di sejumlah daerah. Jalan putus, listrik padam berhari-hari, sinyal telekomunikasi hilang, hingga warga yang terjebak tanpa kepastian bantuan membuat situasi semakin genting.

Di tengah banyaknya keluhan publik tentang lambatnya penanganan, PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) justru bergerak lebih cepat. Perusahaan pelat merah ini mengambil peran signifikan dalam pemulihan awal melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) dengan total bantuan Rp185 juta yang langsung diarahkan ke wilayah terdampak.

Cabang Padang dan Sibolga menjadi yang terdepan menyalurkan bantuan, sementara Cabang Singkil dan Banda Aceh dalam tahap finalisasi pengiriman. ASDP juga memilih tidak berjalan sendiri. Kolaborasi dengan Kementerian Perhubungan dilakukan untuk memastikan kebutuhan dasar warga bisa terpenuhi, terutama di titik-titik yang terisolasi.

Direktur Utama ASDP, Heru Widodo, menegaskan bahwa langkah ini bukan sekadar formalitas CSR. Ia memastikan ASDP turun tangan untuk mengisi celah yang tidak terjangkau. “Kami tidak hanya hadir sebagai penyedia layanan penyeberangan, tetapi juga sebagai bagian dari masyarakat yang wajib turun membantu ketika situasi kritis,” ujarnya.

Di Sumatera Barat, Cabang Padang sudah menyerahkan bantuan ke Posko BPBD sejak Senin (1/12). Meski cuaca buruk, dua kapal — KMP Ambu Ambu dan KMP Gambolo — tetap beroperasi normal. Keduanya menjadi jalur penting mobilitas bagi warga dan distribusi logistik.

Cabang Sibolga pun tidak menunggu instruksi panjang. Selasa (2/12) pagi, bantuan mulai disalurkan, termasuk untuk karyawan ASDP yang turut terdampak. Kondisi lapangan tidak mudah. Listrik mati total dan jaringan komunikasi putus-putus. Namun, tim tetap bergerak agar bantuan tidak terhambat.

Singkil menjadi titik paling dramatis. Banjir dan longsor membuat wilayah ini nyaris terisolasi. Hampir semua akses darat terputus. Namun, tiga kapal — KMP Aceh Hebat 1, Aceh Hebat 3, dan KMP Teluk Sinabang — tetap beroperasi menjaga jalur penyeberangan yang kini menjadi satu-satunya nadi penghubung logistik dan evakuasi. Operasional kapal inilah yang membuat Singkil tidak benar-benar “gelap total”.

Corporate Secretary ASDP, Windy Andale, menegaskan bahwa setiap penyaluran bantuan dipantau secara ketat. Ia menyebut koordinasi intensif dilakukan agar dukungan tidak hanya cepat, tetapi juga tepat sasaran.

Di tengah bencana yang menguji banyak pihak, langkah cepat ASDP terasa kontras. Perusahaan ini seakan mengambil posisi sebagai garda depan ketika sebagian wilayah masih menunggu bantuan tiba. Melalui aksi yang konsisten dan langsung menyentuh kebutuhan warga, ASDP menunjukkan bahwa keberpihakan kepada masyarakat tidak melulu menunggu komando — kadang ia harus datang dari kesadaran dan keberanian mengambil langkah cepat.

Dengan kerja terukur dan keberlanjutan yang dijaga, ASDP berharap Sumatera bisa bangkit dari keterpurukan dengan lebih cepat, dan masyarakat tidak lagi merasa berjalan sendirian menghadapi bencana.( Naga).